Cara Sastra Merekam Peristiwa Dunia
"Jika ingin mengetahui indahnya dunia, maka tanyalah kepada sastrawan"
Idiom di atas dapat mewakili betapa sastra menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan bahkan membantu menciptakan serta mengembangkan peradaban. Berbicara peradaban manusia, maka sastra memegang peranan penting dalam merekam sejarah kehidupan manusia-manusia di zaman lampau. Maka melalui sastra, kita dapat mengetahui perjalanan perkembangan manusia dari zaman ke zaman di seluruh dunia.
Lantas, apa itu sebenarnya sastra? Seberapa besar peran dan pengaruhnya terhadap kehidupan holistik manusia? Ayo kita bedah.
DEFINISI SASTRA
Sastra bisa diterjemahkan sebagai hasil ekspresi manusia berupa karya tulis atau lisan. Ekspresi itu lahir dari pemikiran, pengalaman, pendapat, hingga perasaan yang dituangkan dalam bentuk imajinatif, cerminan kenyataan, hingga data asli yang dikemas estetik melalui media bahasa.
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta, yaitu shaastra. Shaastra memiliki arti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Sastra juga dapat dipahami dan memiliki arti yaitu mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi, dan sebagai alat atau sarana untuk memberi petunjuk.
SEJARAH SASTRA
Sastra sudah ada sejak zaman kuno. Berbagai hasil sastra kuno banyak beredar. Di antaranya Epos Gilgamesha dari Mesopotamia, Iliad dan Odyssey karya Homer dari Yunani kuno, serta Ramayana dan Mahabharata dari India kuno. Tidak sekadar menyampaikan cerita menarik, sastra kuno tersebut juga gambaran dari nilai-nilai dan kehidupan masyarakat di masa itu.
Seiring perjalanan denting waktu, sastra pun terus berkembang. Dari era kuno, berlanjut ke masa klasik. Salah satu contohnya adalah sastra klasik Yunani dan Romawi. Dari keduanya, banyak lahir karya-karya penting. Ada tragedi karya Sophocles dan komedi karya Aristophanes. Pada masa tersebut, sastra menjadi alat dan sarana penyampai pesan moral dan politik kepada masyarakat. Karya-karya sastra pada masa klasik juga memotret kehidupan kota-kota besar di zaman itu, seperti Athena dan Roma.
Perkembangan sastra terus berlanjut. Pada masa Renaissance di Eropa, sastra digunakan untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan individu. Salah satu tokoh sastra terkenal pada masa itu adalah William Shakespeare.
Romeo and Juliet, Macbeth, dan Hamlet menjadi karya klasik yang masih populer hingga saat ini. Tidak sekadar menghibur, buah pikir Shakespeare tidak hanya menghibur, melainkan juga mengangkat isu-isu sosial dan psikologis pada masa itu.
ALIRAN DAN DISIPLIN ILMU SASTRA
Banyak sastra tersaji. Guna memudahkan mempelajarinya, maka para ahli membagi sastra kedalam beberapa aliran.
a. Romantisme
Aliran sastra ini muncul pada abad ke-18 dan 19. Ciri khas pada aliran ini terdapat pada penekanan perasaan, imajinasi, dan kebebasan individu. Tema yang sering diangkat perihal cinta, alam, hingga kehidupan pribadi pengarang itu sendiri.
b. Realisme
Aliran ini muncul pada abad ke-19. Realisme menekankan penggambaran kehidupan sehari-hari dengan objektivitas dan kejujuran. Kehidupan sosial dan politik pada masa itu, coba diuraikan penulisnya secara gamblang.
c. Naturalisme
Aliran ini merupakan pengembangan dari realisme. Naturalisme muncul di ujung abad 19. Penggambaran kehidupan manusia secara objektif dan ilmiah jadi fokus utamanya. Para pengarang naturalisme berusaha menggambarkan pengaruh lingkungan dan keturunan terhadap kehidupan manusia.
d. Simbolisme
Peralihan abad ke-19 ke 21, jadi momen kemunculan Simbolisme. Penggunaan simbol maupun gambaran-gambaran kompleks jadi sarana menyampaikan pesan-pesan filosofis dan spiritual.
Perkembangan sastra yang pesat dan segala kompleksitasnya, membuat para ahli pun memasukkannya sebagai disiplin ilmu. Sedikitnya, ada 5 teori disiplin ilmu yang digunakan dalam mengkategorikan sastra.
1. Teori Strukturalisme
Karya sastra terbentuk dari unsur-unsur kompleks dan bersistem. Unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hubungan antar unsur itulah yang digunakan untuk menilai sebuah karya sastra itu baik atau buruk.
2. Teori Psikologi Sastra
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai kondisi jiwa manusia. Karena, manusia tidak bisa lepas dari adanya intuisi dan perasaan yang masuk dalam relung jiwanya.Unsur kejiwaan ini berkaitan dengan pengarang (ekspresif), karya sastra itu sendiri (tekstual), dan pembaca itu sendiri.
3. Teori Sosiologi Sastra
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan antar manusia dengan manusia lain. Pendekatan teori ini mempelajari sebuah karya sastra berdasarkan realitas sosial yang terjadi. Melalui teori ini, akan terlihat hubungan antara karya sastra dengan realitas sosial.
4. Teori Semiotika
Bagaimana memahami berbagai tanda dalam bahasa sastra yang memiliki makna, diulas dalam teori ini. Semiotika mempunyai penanda (signifier) dan petanda (signified).
Teori inipun pada akhirnya dipecah-pecah lagi. Dalam semiotika, terdapat tanda, penanda, dan petanda (yang ditandai) hingga akhirnya berkembang menjadi tiga jenis tanda.
Pertama adalah ikon, yaitu hubungan antara penanda dan petanda yang bersifat ilmiah. Misal, gambar wanita memakai rok yang tertempel di depan kamar mandi wanita.
Kedua adalah Indeks, yakni suatu tanda untuk menandakan adanya hubungan secara alamiah (sebab-akibat). Dan terakhir adalah Simbol, yakni penanda yang secara tidak langsung menggunakan metafora dan bersifat tidak alami.
5. Teori Hermeneutika
Hermeneutika merupakan ilmu yang mengenali makna melalui makna-makna. Ini bertujuan menangkap pemikiran seseorang sesuai dengan yang ditangkapnya. Teori ini terdapat tiga tahapan yakni Level Semantik: menafsirkan bahasa sebagai kajian yang harus dipahami. Level Refleksi: harus memahami teks karya sastra dan unsurnya secara konteks, dan Level Ekstensial: yaitu penafsiran teks dan konteks dalam karya sastra.
PERKEMBANGAN SASTRA DI INDONESIA
Seperti diketahui, sastra sudah ada sejak zaman kuno di berbagai belahan dunia. Tak pelak, sastra juga berkembang di Indonesia. Rekam jejak sejarah sastra di Indonesia terbagi menjadi 8 angkatan.
1. Angkatan Pujangga Lama
Sejarah sastra ini terjadi sebelum abad ke-20. Sejumlah karya sastra didominasi syair, pantun, gurindam, hikayat, dan karya sejenisnya Malah, jenis sastra pada angkatan pujangga lama masih sering digunakan sebagai syarat pada acara adat.
2. Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pustaka berkembang pada 1920-an. Pengarang pada masa itu sudah memiliki keinginan luhur untuk memberikan pendidikan budi pekerti yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui sebuah bacaan.
Pada ini, karya sastra menggunakan tema yang selaras dengan budaya yang saat itu berlangsung. Contohnya mengangkat tema kawin paksa. Di era itu, kawin paksa memang marak terjadi dan juga dilakukan masyarakat secara mayoritas. Malah, kawin paksa seolah menjadi kebudayaan bagi suatu daerah tertentu.
PILIHAN REDAKSI: https://cynical-c.com
3. Angkatan Pujangga Baru
Angkatan ini mulai ada sejak 1933 hingga 1942. Angkatan ini, berbarengan dengan terbitnya majalah Pujangga Baru. Adapun ciri yang menonjol adalah bertema romantis dalam bentuk puisi dan novel. Dua karya novel terkenal dari angkatan ini adalah Belenggu karya Armijn Pane, dan Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana.
4. Angkatan '45 atau Angkatan Kemerdekaan
Di era kemerdekaan Indonesia pada 1945, menjadi ilham penyebutan Angkatan '45 atau angkatan Kemerdekaan. Periode ini berlangsung 1942 sampai 1945. Pada masa tersebut, perkembangan karya sastra pada periode ini lebih beragam.Karya sastra yang diciptakan pun lebih realistis dibanding angkatan-angkatan sebelumnya. Pada angkatan ini, karya sastra umumnya bertema berbagai masalah sosial. Mulai dari korupsi, penyelewengan, ketidakadilan, dan masalah sosial lainnya pada masa itu.
5. Angkatan '50-an
Terbitnya majalah sastra berjudul Kisah oleh H.B Jasin menjadi embrio kelahiran angkatan ini. Majalah itu bertahan hingga 1946 yang kemudian berlanjut lahirnya majalah sastra lainnya. Karya sastra berupa cerita pendeek, menjadi salah satu ciri khas
6. Angkatan '66
Penerbitan sebuah majalah kembali menjadi penanda. Pada angkatan '66, dimulai dengan terbitnya Horizon. Dalam Majalah Horizon, semua halaman berisi tentang karya sastra. Tak ayal, majalah tersebut lantas menjadi standar perkembangan sastra di Indonesia.
7. Angkatan '80-an
Penyebarluasan karya sastra melalui majalah dan media umum, menjadi penanda angkatan ini. Umumnya, tema yang diangkat soal romantisme percintaan. Mira W dan Marga T. Karya, merupakan sastrawan yang menonjol di era ini
8. Angkatan Reformasi hingga Sekarang
Ini merupakan periode angkatan terakhir. Periode ini ditandai munculnya ragam karya sastra seperti puisi, cerpen, maupun novel dengan berbagai genre atau tema. Fakta seputar reformasi atau yang berkaitan dengan realita sosial saat ini, jadi tema utama.
Dari uraian di atas, terang benderang menyatakan betapa pentingnya dunia sastra. Dengan hasil karya sastra, manusia-manusia sekarang dan yang akan datang bisa mengetahui sejarah perjalanan kakek buyutnya. Semua kejadian penting di setiap zaman, tercatat dan terdokumentasikan dengan baik melalui tangan-tangan sastrawan. (***)