Childfree...??? Terserah
Childfree, istilah baru yang saya juga baru ngeh. Ternyata soal nanti-nanti saja punya anak bagi pasangan muda zaman sekarang.
Sepanjang itu masih pendapat pribadi dan jadi pilihan yang bersangkutan, ya silakan saja. Tak ada yang melarang. Karena, itu ranah pribadi. Dan yang bersangkutan pasti tahu dampaknya. Toh, tidak merugikan siapapun.
Tulisan ini pun tidak menyoroti soal pendapat itu. Dan tidak juga bermaksud menyalahkan pendapatnya.
Semua bebas menjalani hidup dan kehidupannya masing-masing. Mau punya anak, menunda punya anak, mengangkat anak, dan seterusnya, terserah saja.
Terlepas dari itu, tak sedikit pasangan yang sangat-sangat merindukan kehadiran tangisan bayi di tengah-tengah kehidupannya.
Banyak cara ditempuh. Tak peduli soal biaya. Mau pakai metode apa saja, pasti ditempuh. Yang penting, bisa dapat keturunan.
Bagi yang punya bayi, pasti sudah merasakan betapa tak gampang memang merawatnya.
Rewel tengah malam, sakit tiba-tiba, dan lain-lain. Mau sekadar pejamkan mata barang sedetik pun, susah.
Belum lagi ketika bayi beranjak dewasa. Biaya ini itulah. Pengawasan ini itulah. Belum kalau ada masalah. Ruwet bin ribet.
Tapi percayalah, segala keriwehan itulah yang didambakan bagi pasangan yang bertahun-tahun belum dikarunia anak.
Kadang, kita lupa bersyukur. Banyak di luar sana yang menginginkan itu.
Manusiawi memang. Capek, kesal, dongkol, serta perasaan lain campur aduk jadi satu ketika mendapat anak.
Sepanjang kita sadari, bahwa mereka itu adalah titipan berharga dari Sang Khalik, sepertinya rasa itu jangan terlalu dirasa rasakan. Nikmati saja alurnya. Dan jangan lupa terus bersyukur.
Nah, kembali kepada yang punya pendapat dan memilih childfree.
Tapi, sekali lagi, ini bukan bermaksud menghakiminya. Tidak. Jangan salah paham.
Sepertinya memang asyik childfree. Bebas sebebasnya. Tidak perlu keluar biaya untuk anak.
Kita bebas mau kemana dan beli apa saja.
Ingat, umur kita terbatas. Satu persatu, kawan, keluarga, bahkan pasangan kita sekalipun bisa menjauhi dan meninggalkan kita.
Terlebih saat kita menutup usia nanti.
Maaf, bagi Muslim, tentu mengimani bahwa anaklah satu-satunya manusia yang bisa menyelamatkan kita di akhirat nanti.
Anak yang soleh, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariyah adalah 3 hal yang tak akan terputus ketika kita berpulang nanti.
"Loh...kan masih bisa didoakan orang lain,"
Bisa iya bisa tidak.
Bagaimana orang yang mendoakan kita itu bisa menyelamatkan kita, sementara dia saja belum tentu dapat jaminan bakal selamat di akhirat?
Kalau anak jelas. Begitu dia menempuh dan belajar agama secara benar, maka selamatlah dia dan orangtuanya.
Ingat, istri atau suami sekalipun, atau siapapun tak ada yang bisa menyelamatkan kita di akhirat kelak.
Hanya anak. Ya, anak kita.
Tapi, sekali lagi, tulisan ini hanya pendapat pribadi.
Tidak kami paksakan harus di iya kan, atau diikuti. Mau dibantah sekalipun, ya monggo.
Karena kami tahu, semua orang punya pendapat dan pendapatan yang beda-beda.