Kecuali Batin, Maafkan Zahir Saya...

Penulis: Tim Redaksi

Mohon maaf lahir batin, momen yang paling banyak digunakan untuk saling mengucapkan maaf kepada semua di Idulfitri.

Cuma, yang dimaksud batin itu, apa dan siapa? 

Jamaknya, batin ditujukan atas kesalahan yang tidak disengaja, atau yang tak tersirat. Mungkin.

Namun, batin yang sebenarnya dan aslinya adalah sesuatu  yang bersih. Tak bersuara, tak berhuruf, tak berwujud.

Ia bersumber dari balik hati. Bersembunyi di belakang hati nurani. Namun tak bertempat.

Ia lah sumber dari segalanya. Sumber kehidupan. Dari sana pula berasal segala kebaikan.

Maka, sudah semestinya jika yang kita mintakan maaf kepada semua adalah atas perbuatan zahir kita. 

Batin tak pernah salah. Zahirlah yang kerap melawan. 

Zahirlah yang kemudian menzahirkan niat atas nafsu. Menzahirkan apa saja yang membuat orang tersinggung, tersakiti, berbohong, berbuat apa saja yang menyakitkan, dan seterusnya.

Lantas masih perlukah kita memintakan maaf atas perbuatan zahir dan batin?

Ya jika batin yang dimaksud adalah perbuatan yang tak disengaja dan tak tersirat, masih bisa saja. Tapi, masih ada yang mengganjal juga atas pernyataan itu.

Sebab, batin memang tak pernah salah. Sekali lagi, zahirlah yang kerap salah. 

Pandangan ini tak memaksa siapa saja sepakat atas sebutan batin. Semua bebas menafsirkan. 

Tapi mulai saat ini, penulis mulai menghindari dan tak lagi memintakan maaf atas perbuatan batin. Segala kesalahan, ya atas kesadaran dan kemauan zahir ini.

Mohon maaf atas kesalahan zahir, batin nggak ikut-ikutan. (***)

Share: