ODP Full...sabar Ya
Di era sekarang, internet sudah tak bisa lepas dari aktivitas keseharian.
Dari usia balita hingga orangtua, ketergantungan terhadap jaringan ini sungguh luar biasa.
Maka,jangan ditanya lagi soal kebutuhan usia produktif. Bagai dua sisi mata uang. Tak bisa dipisahkan lagi.
Penyedia jasa layanan internet pun menjamur. Pelat merah pun tak mau ketinggalan mengecap legitnya bisnis yang dihasilkan dari tiap degup byte per detik.
Namun, dari banyaknya jaringan, belum semua tercover.
Fullnya ODP (optical distribution point) atau mudahnya: kotak server yang memuat maksimal 8 pelanggan, jadi alasan bagi pelanggan baru agar bersabar untuk bisa berseluncur di semesta maya.
Tengok saja komentar di kolom akun penyedia jasa tersebut.
Tak sedikit yang harus menginjak rasa sabarnya agar bisa terlayani.
Selain penuhnya OPD tadi, ketersediaan tiang juga jadi perintang.
Dan bagi yang belum tersedia tiang, jawaban dari akun atau chat WA customer service atau marketing, itu seragam: minimal ada 4 calon pelanggan baru, baru bisa ditambah tiang.
Penulis pun mengalami itu. Padahal jarak dari rumah ke tiang terakhir, hanya sepelemparan batu anak SD kelas 1.
Sudah disurvei, sudah kami mintakan izin ke RT untuk pemancangan tiang, eh belum disetujui juga.
Ok, kami paham secara hitungan bisnis. Tempat kami, belum masuk angka-angkanya.
Tapi, bukankah tempat kami ini sangat dekat dengan tiang terakhir. Sangat dekat dengan perumahan yang notabene mereka sebagian besar adalah pelanggan.Ã
Apa iya, tidak masuk dalam hitungan bisnis?
Sampai segitunya kah hitung-hitungan bisnis perusahaan pelat merah?
Bahwa mengejar keuntungan, iya. Tapi harus diingat, salah satu tugas dan fungsi didirikannya BUMN adalah meningkatkan perekonomian rakyat.
Pijakan dasar dibangunnya BUMN adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dan 2. Yakni memenuhi kepentingan umum karena menguasai hajat hidup orang banyak.
Dengan begitu, ada kepentingan lain yang jauh lebih utama dan teratas dibanding tujuan mencari keuntungan semata.
Koreksi kalau penulis salah...