Suka Capres Bad Boy, Humoris, Atau Pendiam?
2024, dalam konsep durasi waktu, bisa dibilang lama. Masih 2 tahun lagi,atau 730 hari lagi.
Tapi bila kita sempitkan dalam kerangka pemilihan presiden, 2 tahun itu sudah mepet. Hampir deadline malah.
Yup, dalam dunia politik, ada yang disebut investasi pencitraan. Mengenalkan, memperluas, hingga mengulas kebisaan kepada khalayak dalam kemasan yang kurang begitu tampak. Padahal sesungguhnya, itulah momen mereka berpromosi.
Dan durasi waktu memoles diri itu agar dikenal dan masuk dalam benak rakyat itu, bisa sampai berbilang tahun.
Makanya, bagi politikus, 2 tahun itu tak ubahnya orang yang tengah kebelet ingin segera mencari toilet. Mesti gass poll lagi.
Berseliweran di media massa, konvensional maupun maya, para pejabat mulai muncul. Berbagai cara.
Bahkan ada sebagian warga yang ingin, pemerintahan sekarang menambah 1 periode lagi.
Secara konstitusi, tidak bisa. Sebab, ini melukai amanat reformasi.
Tapi, bukan itu yang hendak kami sampaikan.
Ini lebih tentang gaya dan konsep tiap pejabat yang hendak duduk di kursi R1.
Dari sekian yang ramai di platform media sosial, ada nama Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, bahkan Prabowo Subianto pun dikabarkan hendak maju mencalonkan lagi.
Masih banyak nama lainnya. Tapi yang menonjol, ya ketiga nama ini.
Prabowo, mungkin tidak perlu dikisahkan panjang lebar. Semua pasti kenal. Sisa dua nama ini yang hendak kita ulas.
Pertama Anies. Gubernur Jakarta ini, secara kasat mata dan berdasar analisa pibadi yang disandarkan pada informasi dari media sosial, ada kans besar untuk dicalonkan.
Tak heran, pro kontra mewarnai perjalanan karier Anies. Yang pro sibuk dengan mengabarkan prestasi, yang kontra sebaliknya. Begitu terus. Saling hujat, caci maki, pujian, berseliweran di jagad maya tentang sosok Anies.
Alhasil, waktu Anies, mungkin, terkuras untuk menangkis serangan yang kontra terhadap dirinya.
Sementara di sisi Ridwan Kamil, tidak perlu energi banyak untuk menangkis serangan, kalau boleh kita menyebutnya sebagai musuh politiknya.
Ridwan Kamil tampak berjalan santai menikmati tugasnya sebagai gubernur Jawa Barat.
Satu yang menjadi kekuatan Ridwan Kamil adalah dia terlihat ahli dalam memainkan peranan digital marketing.
Tengok saja konten Instagramnya. Berbagai macam. Tak sedikit yang mengundang tawa karena kontennya.
Ridwan, atau timnya, sepertinya tahu, mencitrakan diri sebagai wong cilik yang peduli atas kesusahan warga, sudah bukan eranya lagi.
Mereka bermain di sisi lain. Yakni dengan mengangkat tema-tema yang sedang viral sebagai bahan konten.
Salah satunya ketika video klip Noah berjudul Yang Terdalam, yang langsung trending, langsung dibuat parodi oleh Ridwan Kamil. Hebohlah komentar di IG sang gubernur itu.
Penggambaran Ridwan Kamil sebagai pria yang usil, jenaka, namun tetap dalam rel ekslusif, sangat terasa. Dan umumnya, pria yang "bad boy" itu, digemari banyak orang. Tentu digemari dalam tanda kutip juga. Maksudnya, pria bad boy, biasanya cenderung cerdas, cekatan, dan menarik. Bukankah pria yang stabil itu membosankan? Hahahaha...
Ganjar juga hampir 11 12 dengan Ridwan Kamil dalam menjajakan diri, memoles diri. Digital marketingnya juga bagus. Namun, dirinya masih tersandera dalam konsep bahwa pencitraan wong cilik itu masih laku dijual. Tengoklah kontennya ketika dia makan di warteg, di pinggir jalan, dan seterusnya.
Oiya, dan satu lagi soal kasus Wadas. Jika ia berhasil melewatinya, maka ini bukan sebuah perintang baginya.
Secara pribadi, Ganjar juga asyik asyik saja. Gayanya asyik. Tidak kaku, dan termasuk dalam kategori pria yang tidak stabil.
Anies, secara latar pendidikan, ia adalah seorang rektor. Cerdas secara pendidikan, sudah barang tentu.
Namun sepertinya, apalagi di era seperti ini, cerdas saja belum cukup memikat. Mesti ada hal lain yang harus dilakukan. Ridwan Kamil dan Ganjar sudah melakukannya. Namun, bukan berarti Anies mesti menjadi bad boy juga. Atau kalau mau meniru, mesti dengan gaya sendiri.
Dan sekali lagi, masih ada 2 tahun tersisa untuk membangun pencitraan.
Tapi ingat, waktunya sudah mepet. Apalagi bagi perempuan, waktu 2 tahun itu hanya cukup untuk membentuk alis saja.