Gunakan Teknologi SHMS, Pesona Jembatan Pulau Balang Semakin Terpancar
POJOKALTIM, BALIKPAPAN - Resmi tersambung pada 30 Oktober 2020, jembatan yang menghubungkan Kota Balikpapan dengan Pulau Balang, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), terlihat sangat mempesona.
Dibangun oleh PT Hutama Karya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Bangun Tjipta Konstruksi, jembatan ini digadang-gadang menjadi cable stayed bridge dengan dek beton terpanjang di Indonesia. Dengan tersambungnya jembatan ini, maka konektivitas serta mobilitas orang dan barang di koridor Trans-Kalimantan akan semakin lancar.
Bila sebelumnya jarak tempuh dari Balikpapan ke Penajam harus ditempuh selama lima jam menggunakan jalur laut, hadirnya jembatan ini membuat waktu tempuh via darat menjadi lebih singkat. Rute perjalanan darat yang harus dilalui yakni Balikpapan-Kariangau-Jembatan Pulau Balang-Simpang Gersik-Penajam.
Jembatan Pulau Balang dianggap sebagai salah satu infrastruktur penting dalam koridor Trans-Kalimantan. Memiliki lebar 22,4 meter yang mencakup 4 lajur, jembatan ini dilengkapi dengan trotoar di samping kanan dan kiri. Jembatan ini memiliki bentang utama sepanjang 804 meter, jembatan pendekat 167 meter, dan jalan akses sepanjang 1.969 meter. Total biaya yang dihabiskan untuk pembangunannya senilai Rp 1,33 triliun. Model cable stayed bridge Jembatan Pulau Balang membutuhkan kabel prategang setinggi 29 meter untuk menahan beban jembatan. Terdapat dua pylon atau tiang jembatan setinggi 116 meter untuk menahan kabel-kabel tersebut dan 144 bore pile atau tiang pancang sebagai penopang jembatan. Kemajuan teknologi yang diterapkan pada jembatan ini adalah Structural Health Monitoring System (SHMS) yang akan memantau kesehatan struktur konstruksi jembatan.
Di Indonesia sendiri, baru ada empat jembatan yang menggunakan teknologi SHMS yakni, Jembatan Suramadu di Pulau Madura, Jembatan Soekarno di Manado, Jembatan Merah Putih di Ambon, dan Jembatan Musi IV di Palembang. (dan)