Kuasaku, Jangan Kau Ganggu

Penulis: Tim Redaksi

Belakangan, kondisi negeri kita bikin bingung saya mau menulis apa. Belum reda satu isu viral, ketindis lagi oleh isu-isu baru yang tak kalah seru tapi bikin dada sesak. Itu yang bikin konsentrasi warga pecah. Atau memang benar kata orang-orang cerdas di televisi. Untuk memecah gelombang besar, ciptakanlah gelombang-gelombang lain. sehingga, kita bingung mau memperhatikan gelombang mana yang membahayakan. Jangan-jangan kita digiring untuk mengikuti gelombang kecil, namun menghanyutkan dan tingkat kerusakannya tidak bisa dibayangkan.

Masih segar di memori, Undang-Undang soal Pilpres diutak-atik. Eh, ini jelang Pilkada, terulang lagi. 

Mahkamah Konstitusi barusan menyetujui usulan Partai Buruh dan Gelora mengenai ambang batas kursi dan usia minimal 30 tahun saat penetapan calon kepala daerah.

Dalam hitungan jam, DPR langsung bereaksi. Bikin rapat juga. Menyaingi dan menandingi putusan MK. 

Yang jadi pertanyaan, ada apa dan kenapa?

Semua tentu tahu jawabannya. Apalagi kalau bukan sesuatu yang disebut KEKUASAAN.

Dengan punya kuasa, semua kepentingan bisa terwujud dan diwujudkan. Maka, betapa tidak nyamannya jika kekuasaan itu lepas di tangan. Lantas, semua dilakukan agar kekuasaan tetap terjaga dari siapapun. Kalau bisa, 7 turunan 7 tanjakan, kekuasaan tetap di tangan.

Itulah yang tergambar situasi politik di negeri kita saat ini. 

Siapa saja tidak boleh mengganggu kenyamanan itu. Riak-riak kecilpun harus diredam. Bahkan sekadar punya ide untuk melawan saja, itu tidak diperbolehkan. Sikat. Pentung. Perkarakan. Penjarakan. Selesai.

Eits, nanti dulu. Tak ada pesta yang tak usai. 

Teringat konten di media sosial yang membahas mengapa Alquran juga memuat sejarah dan kisah kelakuan orang-orang terdahulu.

Ternyata, dari zaman Nabi Adam hingga sekarang, watak manusia sama saja. Bagaimana kisah pembunuhan pertama yang dimulai Habil dan Qubil. Cerita tamaknya si Qarun. Kesombongan Firaun hingga memproklamirkan diri sebagai yang tak tertandingi bahkan sampai mengklaim dia lah Tuhan di muka bumi, semua runtuh pada waktu yang sudah ditetapkan.

Manusia memang diberikan kekuasaan untuk bebas melakukan apa saja. Qada bisa diubah manusia. Tapi, Qadar itu wilayah Tuhan. Tak satupun yang bisa mengubah kecuali Dia sendiri.

Qada lah yang saat ini berlaku dan dijalankan manusia-manusia. Hingga nanti pada akhirnya, Qadar Tuhanlah yang akan mengakhiri semua.

Sekarang tinggal kita pilih, mau berperan sebagai apa kita di dunia. Habil, Qabil, Qarun, atau Firaun. Atau mau kita borong semuanya?

Share:

Berita Lainnya