Penulis: Tim Redaksi

Media Online Vs Media Sosial, Siapa Yang Menang?

Polarisasi tampaknya migrasi ke Kaltim. dua pendukung, meski beda wilayah, sama-sama menyulut api dalam sekam. perlahan, api itu membesar. Membakar ruang media sosial dan media online di Bumi Etam.

Gaduh memang terjadi di jagad maya. Namun, berisiknya sampai ke dunia nyata. Keduanya punya kepentingan. mungkin. 

Dulu memang ada yang bilang, jika ingin menguasai dunia, kuasailah media. Sekarang, banyak media. jika sebelumnya hanya media cetak, radio, maupun televisi, sekarang ada media online. Terbungsu, lahir media sosial yang dengannya siapa saja bisa menyampaikan info secepat ketikan jari di layar ponsel.

Yang mesti kita ingat adalah konten media sosial bukanlah produk jurnalistik. tapi, seorang jurnalis senior pernah menyampaikan syarat konten media sosial bisa menjadi produk jurnalistik adalah memuat potongan atau utuh konten di media online nya di konten media sosialnya. 

Lantas, bagaimana media sosial yang tidak punya media online? 

Belum tahu. Kami belum sempat dapat info soal itu.

Yang pastinya lagi, menjadi media online pun ada syarat bertumpuk yang mesti dipatuhi. Tunduk kepada kode etik jurnalistik, sudah pasti wajib. 

Tapi itu belum cukup. perusahaan media online mesti memenuhi kewajiban seorang pemimpin redaksi harus memiliki sertifikasi Uji Kompetensi Utama (UKW). untuk memegang sertifikasi UKW, mesti memegang sertifikasi UKW Muda, kemudian UKW Madya. Rentang dari UKW Muda ke Utama pun hitungan tahun. 

Kemudian, meski tidak wajib tapi disarankan, perusahaan media online harus terverifikasi oleh Dewan Pers. Syarat memenuhi terverifikasi Dewan Pers pun tak mudah. Googling saja. 

Sebagian orang juga, kadang memaknai bahwa konten media sosial termasuk jurnalistik. padahal belum tentu. bagi yang tidak berkenan atau dirugikan atas postingan media sosial, bisa diadukan melalui UU ITE. Untuk media online, diadukan ke Dewa Pers. Sebab, untuk jurnalistik ada UU khusus. 

Jadi, bagaimana soal perang dua kubu itu? Kami simpel saja. Non-Blok. Kepada seorang kawan di obrolan WA, kami bilang: setiap zaman ada masanya. Setiap masa ada zamannya. (***)

Share:

Berita Lainnya