Foto: Antara

Berkerumun Bermodal Imun

Jelang Lebaran, meski pandemi, aktivitas jual beli dipastikan meningkat, meski tak begitu pesat. Di Kota Tepian, sejumlah titik mulai tampak kerumunan. Entah kerumunan kendaraan maupun manusia. Yang pada kejadian ini, tentu membuat pemangku kebijakan mesti kuat kuat memicik kepala agar akal dapat segera mengeluarkan solusi.


Paradoks memang. Sebingung memilih dilema mau mati bapak atau ibu. Bagaimana tidak. Di sisi lain, badai pandemi ini sudah meluluhlantakkan pondasi ekonomi. Bukan saja goyah, disenggol sedikit saja, sudah bisa dipastikan pondasi itu hancur berantakkan. Di sisi lain, virus Covid 19 secara tak kasat mata masih bergentayangan. Yang konon infonya sangat menyukai kerumunan manusia.


Bak dua mata pisau memang. Satu sisi bermanfaat, satu sisi melukai. Tapi bukankah manusia dibekali akal? Jangan pegang mata pisau ketika menggunakannya. Pegang gagangnya. Simpel. Kelihatannya.


Tapi apapun, maksudnya begini. Tentu masih ada cara, jalan keluar, atau solusi di atas segala permasalahan kompleks ini. Bagaimana agar roda ekonomi tetap berputar, sementara peredaran virus Covid 19 bisa ditekan, semua bisa dipikirkan. 


Dalam situasi ini, pemerintah sudah menetapkan aturan, step by step, langkah demi langkah yang semuanya terangkum dalam prokes. Segala teknisnya jelas. Bahkan mudah. Tak susah untuk dijalankan. Hanya 3 M. Menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker. Sekarang, tinggal kesadaran kolektif. Mau patuh atau tidak?






Penulis: Denny Sulaksono

Share: