Penulis: Tim Redaksi

Kemana Si Toleransi???

Saya mungkin satu dari sekian netizen yang telat menyaksikan konten youtube nya si Tretan Muslim-komika asal Madura yang beristrikan warga Samarinda. 

Bukan karena tidak suka akan kontennya, juga terlepas dari prokontra yang acap timbul atas karyanya, tapi memang saya adalah orang yang kadang bingung mau menyaksikan apa di youtube. Maklum, tak hanya puluhan atau ribuan. Jutaan konten tumplek blek di platform media sosial digital itu.

Yang saya tonton, kadang yang hanya tampil di gawai saya. Sesekali tontonan hasil dari search atau promote para youtuber di medsos mereka.

Nah, kali ini, kebetulan melintas cuit si Tretan Muslim di beranda. Kontennya parodi tentang yang sedang viral.

Usai melihat videonya, iseng scroll konten lain. Eh, ada yang menarik. Mereka tengah ekaperimen sosial: seperti apa adab seorang tokoh agama di dalam dunia GTA. 

Ada 2 pemuka agama, Pendeta Yeri dan Habib Jafar. Mereka diminta bermain di GTA.

Tercuplik bagaimana keduanya saling melempar jokes, lebih tepatnya dark jokes. Seperti apa persisnya, sila saksikan saja video yang diunggah 5 bulan lalu itu.

Yang saya cerna dari konten ini adalah bagaimana kedua tokoh agama ini menampilkan indahnya toleransi. Ya, toleransi yang saat ini seolah olah sudah hilang. Padahal toleransi antarumat beragama, sejak dulu, baik-baik saja.

Saya tertawa pecah mendengar lontaran dark jokes keduanya. Jokes pinggir jurang istilahnya. Yang bagi kaum baperan, bisa digoreng menjadi ujaran kebencian. Berujung saling lapor melapor. Nggak asyik. 

Yang mau saya sampaikan adalah betapa komunitas Tretan Muslim ini mencoba berkata bahwa toleransi memang masih baik-baik saja. Tak ada masalah. 

Yang ada sekarang adalah memunculkan masalah dari sesuatu yang memang tak pernah bermasalah.

Mereka mencoba berpesan, ayo dong kita kembali ke masa dimana kita nyaman bercanda, berolokolok ria bahkan sampai menyerempet ke area agama, dan itu baik-baik saja

Tak menjadi soal. Tak melukai. 

Tretan Muslim, sesuai namanya, tentu ia Islam. Coki, agnostik. Mereka kerap mengundang Pendeta Yeri dan Habib untuk berdiskusi apa saja. Sebuah penggambaran: toleransi memang tak ada masalah dari dulu hingga kini.

Namun, kenapa sekarang hal ini begitu sensitif?

Apakah rasa atau selera humor kita sudah berkurang? Ataukah memang ada tukang kompor yang tak suka kita akur? Atau barangkali kita tidak sadar bahwa saat jni kita sudah masuk perangkap agar kita selalu ribut tentang suatu masalah yang padahal sebenarnya bukan suatu permasalahan..

ah, sudahlah. Tak perlu diperpanjang opini ini. Takut ada yang baper.....

Share:

Berita Lainnya