Penulis: Tim Redaksi

Will Smith Menampar Siapa...???

Saya tidak ahli soal seluk beluk komedi. Yang pasti, saya suka dan menyukainya. Titik. Apapun jenisnya.

Film Stephen Chow, Leslie Nielson, parodi Project P, Ludruk, hingga yang sekarang disebut komedi tunggal atau stand up comedy, saya juga suka. Meski jenis yang terakhir itu, kadar kesukaan saya tidak begitu besar dibanding lainnya.

Beda zaman, beda gaya. Sekarang, komedi tunggal jadi primadona. 

Di Tanah Air, banyak bermunculan talent jenis komedi ini

Tapi, saya tidak mau bahas apa itu komedi tunggal. Sebab, saya memang tak paham. 

Tulisan ini sekadar urun saran soal yang masih hangat belakangan ini: Will Smith yang menampar Chris Rock saat perform di acara Oscar.

Geger sejagat. Terlepas dari settingan atau gimmick, atau apapun namanya, ada hal yang bisa diambil pelajaran.

Bahwa roasting adalah salah satu bagian dari komedi tunggal, ya itu sah sah saja. 

Sesuai maknanya, roasting atau bisa ditafsirkan sebagai narasi yang disampaikan secara komedi berdasarkan fakta fakta sang subyek yang memang bertujuan untuk membuat panas sang subyek tersebut. 

Nah, aksi "membuat panas" si subyek ini lah yang masih terdapat wilayah abu abu. Atau bisa juga merah, atau bahkan tabu.

Ada roasting yang masih bisa diterima oleh yang di roasting. Ada yang tidak.

Lantas, apa ukuran atau takaran, atau rambu-rambu roasting yang tidak menyinggung yang di roasting?

Saya juga tak tahu. Mungkin yang bisa menjawab adalah para komika itu sendiri.

Saya hanya menyampaikan pendapat pribadi, tidak mewakili siapa siapa. Toh bila ada pendapat yang sama dengan ini, saya juga tak tahu.

Sifat membuat panas si subyek ini, tentu sudah ada kesepakatan antara keduanya. Jika calon roasting menolak, maka secara etika komedi tunggal, syaratnya belum gugur. 

Namun jika sudah setuju namun yang di roasting tersinggung bahkan sampai melakukan apa yang Will Smith lakukan kepada Chris Rock tempo hari, berarti ada sesuatu yang selisih. Atau bisa juga materinya offside, atau lompat pagar. Atau parahnya, materi tersebut menabrak batas apa yang disebut sebagai adab.

Jika berbicara adab, maka masuk ranah sopan santun, pantas tidak pantas, layak atau tidak, dan turunan turunan moral lainnya yang disepakati namun tak tertulis.

Ini yang susah. Tak tertulis. Batasannya adalah moral. Lebih dipersempit lagi, yang membatasi adalah kembalikan ke dirimu lagi. Jika sakit dicubit, maka begitulah orang lain. Empati dan simpati memang tak bisa dijarakkan. Apalagi dijauhkan. Untuk urusan apapun. Termasuk dunia komedi.

Silakan berkomedi ria. Hiburlah orang lain dengan tidak melukai hati orang lainnya. (***)

Share: